KISAH SISWA YANG MENOLAK PENDIDIKAN KAPITALISME
Catatan Untuk : Forum Komunikasi Siswa Progresif (FKSP)
![]() | |
fksp Aksi hardiknas |
(Pramoedya ananta toer).
KISAH ANAK-ANAK REMAJA PROGRESIF DARI HARI KEHARI
Sebenarnya ada kemajuan meskipun belum berarti, dikalangan manusia-manusia diatas bumi diatas upaya memikirkan kembali suatu pemikiran dan gerakan untuk menjawab sebagai macam kontradiksi yang menjangkiti tatanan kapitalis yang kian menglobal. Berbagai macam kontradiksi itu du tangkap dan ekspresikan dalam berbagai macam gerakan yang menghendaki perubahan dam tentu saja seiring dana protes yang kian berbunyi.
Kita tidak hanya mmelihat anak-anak muda yang frustasi karena tidak mendapatkan hak-hakya di bidang pendidikan. Di antara mereka, ada yang lari kebudaya negative dan justru menjadi bagian dramatis dari musibah kapitalisme, yang tak jarang di eksploitasi dalam kisah-kisah sinetron dan film Hollywood yang menghibur. Sebagian lagi, ada yang menangkap ketidakpuasannya dan di ekspresikan melalui lirik-lirik lagu yang mereka nyanyikan di bus-bus dan kereta-kereta.
Sebagian dari mereka, mesipun ,mereka adalah anak-anak remaja yang tak dapat mmasuk kesukolah, tetap saja dapat memahami betapa pendidikan itu tidak adil buat mereka. Tentunya, menghendaki sekolah yang adil, seringkali kita mendengar anak-anak kecil kotor dan dekil menyanyikan lagu yang mereka nyanyikan di bus-bus dan kereta-kereta. Liriknya seperti ini.
“belajar sama-sama
Bekerja sama-sama
Semua orang itu guru
Alam raya sekolahku
Sejaterahlah bangsaku
Di tempat lain, juga kita sering mendengar lagu-lagu yang sangat menunjukkan kontradiksi kapitalisme terhadap pendidikan. Berikut ini liriknya
Apa guna punya ilmu tinggi
Kalau rakyat masih kau bodohi
Apa guna banyak baca buku
Bila mulutmu sering menipu
Di desa-desa, tani dipaksa
Menjual tanah….tapi-tapi dengan harga murah..
Di kota-kota, buruh dipaksa
Bekerja keras… tapi..tapi..dengan upah rendah
Dimana-mana moncong senjata,
Berdiri tegak kongkalokong..dengan kaum cukong.
Itu adalah syair anak mudah Indonesia yang frustasi dan memberontak. Tentu saja mereka juga menambah daya gerak yang dilakukan teman-teman sebaya yang sering tak mau mengenal mereka, yaitu mahasiswa yang kadang juga tak puas terhadap kebijakan Negara dan kampus. Berbagai macam aksii radikal anak-anak mudah kampus sering kali terjadi, yaitu menuntut adanya kenaikan SPP dan sekolah mahal, hingga menolak kebijakan privatisasi pendidikan tinggi yang benar-benar akan mengancam masa depan negeri Indonesia ini.
Para remaja sekolah yang usia yang begitu rendah, seperti anak-anak SD,SMP,dan SMU, belakangan ini juga suka turun kejalan, terutama menolak adanya penyimpangan yang dilakuakan oleh pihak sekolah. Mereka diajak untuk turun kejalan mengikuti massa demonstran, dan ini sangat sangat melatih militansi anak remaja sekolahan dan di kemudian hari akan tersimpan dalam memori mereka watak krititisme yang dibangun semenjak remaja sampai pada ketika mereka menjadi mahasiswa intelektual. Dengan prtatek seperti itulah mereka akan tidak terasing lagi dengan suasana demonstran bahkan terlibat langusung dalam garis massa demonstran yang progresif revolusioner.
CERITA ANAK SEKOLAHAN
Aku sedikit punya cerita tentang gerakan remaja sekolahan yang masih berusia dibawah, seperti di daerah kelahiranku Polewali Mandar, ada sekelompok remaja yang mengorganisasikan dirinya dalam forum-forum diskusi dan mengikuti beberapa aksi massa, katakanlah FKSP (forum komunikasi siswa progresif) yang terdiri dari beberapa sekolah-sekolah menegah atas (SMA) di daerah polewali mandar, informasi yang aku terimah dari kawan-kawan remaja progresif ini, ada 17 sekolah-sekolah menengah atas yang bergabung didalam organisasi mereka, ku ajungkan empat jempol buat mereka, yang begitu siap bergerak untuk melakukan penyadaran-penyadaran kritis Kepada teman sebanyanya.
Awal dari terbentukanya organisasi remaja ini aadalah bentuk kajian-kajian kritis yang begitu menyebar di daerah ketika itu, yang dilakuakan para pemuda-pemuda desa yang lebih duluan mengkonsumsi pemikiran kritis dan pembacaan yang berlandaskan pada kebutuhan rakyat.
Dari pengalaman kawan-kawan remaja progresif kita dapat melihat betapa gelisahnya mereka merindukan sekolah ilmiah, gatis, dan bervisi kerakyatan. Dengan melihat reliatas lingkungan mereka yang masih bayak teman-teman sebaya mereka yang tidak mampu menikmati pendidikan formal, dengan pemikiran yang maju pula organisis remaja ini membnentuk forum-forum kajian agar teman-teman sebaya mereka dapat mendapat ilmu yang lebih bermanfaat dibandingkan yang ada di sekolah-sekolah yang berwatak kapitalistik, feodalistik, dan militeristik.
Anak-anak remaja dan pemudah itu tentu saja marah, justru karena mereka sadar atas apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini. Tampaknya, mereka paham akan kemunafikan system kapitalisme bahwa tak mungkin kapitalisme butuh anak-anak remaja pintar dan cerdas (berpengetahuan dan berteknologi) karena kalau itu terjadi, pendidikan dan ilmu pengetahuan tak bisa lagi di komersialisasikan oleh ideology kapitalisme.
Dengan kegelisahan para remaja-remaja ini, dan sampai pada waktunya mereka turun langsung kejalan dengan massa yang terorganisir oleh organiasasi mereka, membentengkan poster-poster tentang penolakan kebijakan-kebijakan sekolah yang sungguh memberatkan mereka dan orang tua mereka baik itu secara langsung maupun yang tidak langsung.
Anak-anak itu adalah anak kandung kapitalisme. Mereka dilahirkan dari ibu kapitalisme, tetapi ketika tumbuh mulai tahu bahwa kapitalisme berusaha menyuapinya dengan racun atau zat-zat yang akan membuat anak-anak itu bodoh dan cepat mati. Makanya, anak-anak yang menyadari bahwa ia hanya akan di manfaatkan ibu kandung itu dengan tegas segera membangkang terhadap orang tua dan kadang memang di cap sebagai anak durhaka oleh anak-anak dan saudara-saudaranya yang lahir dari rahim kapitalisme lain.
Mereka tahu bahwa kapitalisme ingin terlalu berkuasa. Dan mereka yang masih percaya dengan sekolah, anak-anak itu juga menolak kampus dikuasai. Sebelum para mahasiswa daerah mereka (kabupaten Polewai Mandar) ramai-ramai menolak privatisasi kampus belakangan ini, anak-anak remaja/ sekolahan di derah Polewal Mandar (SULBAR) telah memulai aksi lebih dulu disbandingkan dengan mahasiswa yang katanya lebih progresif tapi tidak revolusioner akhirnya menjadi reformis berwatak borjuis penjilat pantat kapitalisme.
Polewali Mandar tercatat aksi disini pada bulan-bulan maret 2008 lebih dari 5 sekolah menengah atas SMA melakukan aksi penyebaran pamplet penolakan atas UU BHP disetiap sekoalah-sekolah dan kampus dan mengajak para mahasiswa untuk ikut aksi bersama mereka. Salah satu kampus utama di daerah polewali mandar menjadi sasaran untuk memasak bayak pamphlet penolakan UU BHP yang menurut surat kabar fajar yang mengatakan bahwa semua perguruan tinggi negri maupun swasta harus menjalankan yang namanya badan hukum pendidikan (BHP) dan UNASMAN yang menjadi sasaran di SULAWESI BARAT tepatnya di Polewali Mandar nantinya sasaran utama komersialisasi system pendidikan.
Kaum remaja berani menyatakan pikiran dan orientasi gerakan yang berbeda. Pertanyaan tersebut diwakili lagu the police yang berjudul “born in the 50’s”, we are the class, they couldn’t teach, cause we know better!’ ( kami adalah generasi yang tak dapat mereka didik, karena kami memahami lebih baik).
Dominan yang menyebar dianggap tidak mampu memberikan apa-apa karena hanya dangkal beku, sedangkan kaum remaja yang mampu meresakan dan mengetahui lebih baik ini menginginkan gaya hidup yang berbeda.
Di Indonesia secara umum, budaya tanding juga menjadi ciri khas dari gerakan kaum muda yang dimulai dari kemampuan untuk merasakan kontradiksi yang muncul. Gerakan mahasiswa melawan orde baru merupakan fakta sejarah yang paling menonjol. Pengaruh budaya tandingan tahun 1960-an. dan juga berimbas pada kaum remaja di daerah polewali manda (SULBAR) yang mampu mengakses informasi dan ilmu pengetahuan ini. Gerakan kaum remaja pun harus ada dalam sejarah gerakan di Sulawesi Barat di daerah Polewali Mandar dimana kebudayaan dijadikan topeng kekuasaan yang menindas rakyat sendiri TO MANDAR.
Demikian aku tulis beberapa kisah anak pelajar dari tanah mandar yang menginginkan suatu perubahan pada dunia pendidikan. Secara filosofi sekolah tak harus di bangku sekolah, bangku perkuliahan tetapi seperti lagu yang aku tulis sedikit diatas.. yang memandang bahwa sekolah adalah alam raya kita dan guru kita adalah orang-orang/lingkungan disekitar kita.
Salam demokrasi pembebasan buat kawan-kawan (forum komunikasi siswa progresif) FKSP, belajarlah selagi muda berjuanglah selagi bisa,
mereka pribumi terpelajar, kalau pribumi itu tidak terpelajar, kau harus, harus, dan harus membuat mereka menjadi terpelajar. Dengan bahasa yang mereka ketahui (pramudeya ananta toer).
0 komentar:
Posting Komentar